Munafik
Assalamu'alaikum wr wb.
Apa yang terlintas dibenakmu ketika mendengar kata munafik? Kita seringkali mengatakan seseorang muna ketika apa yang terucap dari bibirnya dengan tingkahnya tidak sinkron dan cenderung memakai topeng. Sikap ini sebetulnya lumrah saja dimiliki oleh manusia mengingat manusia pada dasarnya memang tak bisa jauh dari dosa. Tapi seharusnya kita sebagai manusia yang berakal harus bisa membedakan mana sifat baik yang perlu dipelihara dalam tubuh kita dan mana sifat tercela yang seharusnya kita musnahkan karena merupakan hama yang akan merusak kebaikan yang kita tanam. Dan munafik merupan sifat tercela. So, mari sama-sama hilangkan sifat munafik dari dalam kita.
Tunggu, bagaimanakah kita bisa tau dimana letak kemunafikan dalam diri kita? Nah dalam salah satu hadis yang sering di ajarkan di sekolah disebutkan tanda-tanda orang munafik ada tiga macam, yaitu apabila berkata ia dusta, apabila berjanji ia mengingkari, dan apabila dipercaya ia mengkhianati. Jujur aku tidak tau jelas mengenai sanadnya jadi mohon konfirmasi ke guru agamanya masing-masing mengenai hal ini. Ku tau persis perihal belajar agama harus ada gurunya agar ilmu itu jelas sampai kepada Rasulullah atau tidaknya.
Nah. Kali ini aku akan lanjutkan perihal apa yang aku rasakan belakangan ini hingga aku merasa menjadi manusia munafik yang menyebalkan. Juga tak menyehatkan bagi tubuh dan jiwaku yang ku akui masih jauh dari kata sempurna.
Pertama, aku kenal dekat seseorang. Dia adalah temanku kita tiap hari bersama hingga hampir semua tentangnya aku mengetahuinya tapi datang saatnya dia begitu anggun dihadapan teman-temannya yang lain hingga cenderung pendiam bahkan kata-kata yang keluar dari bibirnya adalah suatu kebaikan yang ku tau persis tak diamalkan dalam tindakannya. Itu membuatku ingin mencekik leherku sendiri karena ingin sekali ku katakan pada dunia bahwa dia bukan seseorang seperti yang diucapkannya. Tapi aku bungkam saja karena selain ia adalah temanku, guru agamaku mengajarkan aku untuk tidak mengumbar aib orang lain dan menutupinya. Karena jika aku mengumbarnya sama saja aku menggunjing dan kita semua tau menggunjing itu perusak amalan. Bahkan diibaratkan memakan daging saudaranya sendiri. Naudzubillah. Tapi ketika tertawa seolah mengiyakan ketika ditanya mengenai ucapannya pun ku merasa sedang berdusta. Aku merasa jadi orang munafik.
Kedua, aku merasa telah mengecewakan Allah SWT. Bagaimana tidak? Aku terus memikirkan aku merupakan orang yang sama seperti temanku yang ku sebutkan diatas ketika ku ingin posting-posting mengenai agama. Sebab kini aku sudah tidak punya guru ngaji lagi dan di kampus pun dosen agama tak membantu banyak. Niatku sebetulnya baik untuk mengajak orang berbuat kebaikan tapi dengan mengatakan mengenai kalam Allah dalam Al-Qur'an yang belum ku khatami sampai umurku 19 sekarang ini juga belum ku dalami maknanya bahkan jangankan mempelajari lebih mendalam Taawuz dan Al-Fatihah saja ku belum betul. Aku jadi merasa kecewa pada diri sendiri. Kadang aku menyesal keluar dari pesantren.
Mungkin sementara itu saja yang bisa ku sampaikan. Terima kasih. Mohon koreksi tiap-tiap amalan yang ku berikan. Kurang lebihnya ku mohon maaf.